Aku melihat guratan kcewa dari kedua sorot matanya. Mungkin dalam hidupnya tak pernah ia temukan kecewaan yang mendalam. Aku tahu apa yang dia rasakan. Aku mengerti bagaimana rasanya berada di posisinya. Tapi dengan keterbatasan jarak dan juga keterbatasan faktor "X" aku hanya bisa mendoakan nya dari kejauhan. Tak lepas dari doa ku kepada keluarga ku sahabatku, akupun berdoa untuk nya. Dia yang ku tatap diam-diam dari balik ruang kaca ujian komprehensif nya. Semoga Dia diberi kesabaran. Ah, ingin rasanya aku menghilangkan gusar hatinya, penat jiwa nya. Mungkin hanya menjadi mimpi, sampai mimpi itu d "Aamiin" kan oleh semesta dan memang ia menjadi takdir ku. Atau biarkan rasa menjadi tetaplah rasa yang tak pernah memiliki kesempatan untuk menyampaikan rasa, karena aku sangat menjaga diriku dari sesuatu yang bisa merusak kedekatanku kepadaNya, dia itu milikNya. Yaa aku harus mendekatkan diri pada si pemilik :)
Muaro Jambi,02 April 2014
Sore ini seusai sholat magrib, aku membayangkan wajah mu Tuan. Aku berfikir aku terlalu egois untuk memintamu menjatuhkan hati kepadaku. Aku terlalu memaksakan kehendak ku. Benar begitu tuan? Iya aku sadar Tuan aku menyukaimu karena kau adalah sosok orang yang memang selama ini ku aku idam-idamkan. Sedangkan kamu, pasti juga punya sosok orang yang juga selalu kau idam-idamkan. Tuan sungguh terlalunya aku yang mendoakan mu untuk jatuh hati padaku yang bukan sesiapa ini. Bukan lulusan perguruan tinggi dengan almamater terbaik, bukan seseorang dengan wajah nan cantik jelita, bukan kalangan bangsawan, ah pokoknya aku tidak ada apa-apa nya Tuan. Sungguh beraninya aku mengharapkan sosok seperti mu. Kamu berhak tuan, kamu berhak atas mimpi-mimpi mu. Dan sementara aku hanyalah seorang pemimpi. Tapi sekarang tuan, sekarang tak akan lagi aku mengharapkan mu terlalu jauh. Kau bagaikan bulan tuan, sedangkan aku hanyalah malam yang selalu melihat cerah nya dirimu. Ah tuan, bulir mata ku menetes, sungguh beruntung nya dirimu tuan. Semoga kelak wanita yang mendampingi mu adalah wanita yang benar-benar kau cintai ya Tuan yang selalu ku sebut hingga saat hatiku berhenti mengharapkan mu.
Tuan, aku ini seorang wanita yang selalu memandangimu dari balik buku. Yang selalu saja ingin dekat dengan mu. Mencoba segala hal untuk merebut hatimu. Tapi tuan, kau kurang peka terhadapku. Ntah kau tidak peka entah kau hanya menganggap aku bukan sesiapa. Kedekatan kita seperti kedekatan 2 ekor kupu-kupu tuan. Kita sama-sama punya sayap yang nyaris indah sehingga kau tak melihat bahwa sebenarnya sayapku hanyalah tumpahan kuas tuan. Yang ku gambar perlahan hingga tampak indah. Karena aku ingin seperti mu. Ingin setara dengan mu. Tapi setiap kedekatan yang coba ku buat hanyalah sebagai pelengkap hari mu tuan, setelah itu aku tak yakin aku masih ada dalam hati dan fikiran mu. Tuan, sekarang mata ku basah, di kala aku sedang sakit aku ingin sekali diperhatikan oleh mu, sosok yang selalu aku rindukan. Tapi Tuan, Sudahlah sudah mata dan hati ku tak sanggup melanjutkan tulisan ini tuan.
Jambi, 24.05.2014
Widiih ! Gila ! Hari ini baca Tumblr isinya WOW semua ! Temen-temen saya berterimakasih atas pengalaman yang belum pernah saya alami dan dapat memberikan saya referensi, buat hal-hal yang pernah saya rasakan juga ditulis dengan apik , berasa ketemu orang yang menasehati dengan tulisan-tulisan Islami nya. Terimakasih kepada teman-teman Tumblr ku :* Salam manis dari wanita Padang yang lagi mencari seteguk ilmu di negeri Sepucuk Jambi , Semoga saya juga dapat belajar banyak dari Kalian Teman-teman Tumblr . Sungguh Allah mempertemukan ku dengan kalian adalah hal yang luar biasa .
From the start, strive to be independent, resilient, and productive, and learn to work at a sustained high level of activity.
Sejak awal, berusahalah untuk mandiri, ulet, dan produktif, dan belajar untuk bekerja pada aktivitas tingkat tinggi yang berkelanjutan.
😊
Catatan ini mungkin lebih khusus ke laki-laki. Sebab nanti, selepas menikah. Mungkin dalam pandangan matamu, istrimu tidak akan secantik-semanis-sebaik-dan sesempurna sewaktu kamu dulu memperjuangkannya. Saat ini, bisa jadi kamu bisa menyangkal. Tapi, nanti selepas menikah dan menjalaninya, kamu mungkin baru akan memahami maksudku ini.
Kamu harus berupaya untuk bisa terus mencintai istrimu. Perasaan itu tidak tumbuh seperti rerumputan yang terkena hujan. Perasaan itu adalah pohon besar dan kamu menanamnya sejak bibit. Kamu harus merawatnya, menyiraminya, melindunginya dari hama, menyiangi rerumputan disekitarnya, dan juga kamu harus selalu waspada agar ketika nanti ia sudah cukup besar, tidak ada orang lain yang tiba-tiba datang dan menebangnya.
Perempuan yang barangkali adalah temanmu, rekan kerjamu, atau orang yang tiba-tiba kamu temui di jalan. Mereka mungkin tidak melakukan apapun, tapi matamu tidak. Matamu bisa membuat apa yang terlihat menjadi beribu kalilipat lebih baik, lebih cantik, dan segala kelebihan lainnya yang mungkin akan menyulut perasaan lainnya. Tantangan. Seperti kala dulu kamu memperjuangkan perempuan yang menjadi istrimu saat ini.
Untuk itu, ingat-ingatlah selalu kebaikan perempuan yang sedang di rumah menunggumu pulang. Siapa orang yang paling khawatir kala kamu sakit. Siapa orang yang bisa menerimamu apa adanya saat kamu bukan siapa-siapa dan tak memiliki apa-apa selain kenekatanmu menikahinya dulu. Siapa orang yang rela bersusah payah mengurus segala keperluanmu, juga keperluan anak-anakmu nanti. Ia bersedia bersusah payah mengandung anakmu sembilan bulan dalam kepayahan yang kamu tidak bisa merasakannya. Anak yang mungkin lebih kamu cintai nantinya daripada istrimu.
Sungguh, untuk terus mencintainya, kamu harus berjuang. Bualanmu tentang cinta saat ini, juga bualanmu tentang segala janji itu bisa aku katakan adalah omong kosong. Sebab nanti, jalan yang amat panjang dan mungkin akan membosankanmu telah menanti. Biar tak bosan, kamu perlu menghidupkan setiap ingatanmu mengapa dulu kamu mau memperjuangkannya, setiap rasa syukurmu, dan iman.
Sebab menikah dengan seseorang yang kamu cintai saat ini bukanlah hadiah, melainkan sebagai ujian baru. Ujian yang hanya bisa kamu jawab ketika kamu menjalaninya, bukan dengan lisan, melainkan perbuatan.
©kurniawangunadi | 10 September 2017
Siapa yang ingin menjadi insan kuat, hendaklah dia bersandar kepada Allah. Karena sesungguhnya kekuatan itu tergantung siapakah sandarannya.
Salim A. Fillah (via shintarahayu)
Mungkin banyak yang menyangka bahwa pernikahan itu akan serta merta melejitkan dan membuat mimpi-mimpimu semakin mudah diraih. Langkah kakimu semakin ringan. Bebanmu menjadi lebih sedikit.
Semua itu, jawabannya tergantung.
Tergantung dengan orang seperti apa kamu menikah. Bagaimana keadaan finansial di awal kamu berumah tangga. Bagaimana daya dukung dari semua pihak keluarga. Bagaimana lingkunganmu nanti tinggal. Bagaimana kamu merawat networking/silaturahmi. Bagaimana kamu membuat rencana bersama pasangan dan berkomitmen pada rencana tersebut. Dan banyak sekali faktor yang membuat prasangka bahwa pernikahan itu akan membuatmu semakin melejit menjadi lebih realistis.
Akan tetapi, realitanya tidak seperti itu. Kecuali kamu masih hidup di angan-angan dan khayalan bahwa pernikahan itu akan terlihat selalu bahagia, serba berkecukupan seperti yang ada di instagram, terasa tanpa beban.
Pada akhirnya, benturan terhadap realita bahwa sebagian besar dari kita harus mengalah terlebih dahulu pada mimpi-mimpinya, menundanya tanpa tahu kapan bisa kembali berjuang mewujudkannya. Menekan ego dan keinginannya karena tahu biaya pendidikan dan kesehatan anak itu begitu besar sementara pendapatan keluarga belum ada kenaikan yang signifikan. Sadar harus berhemat karena ada keinginan untuk beli rumah atau kendaraan buat keluarga.
Sampai akhirnya. Realita mengajarkan kita untuk lebih baik dan lebih siap dalam memandang pernikahan dan membuat kita lebih berhati-hati. Berhati-hati untuk memilih pasangan hidup, memilih keluarga, memilih pekerjaan, memilih apapun.
Begitu banyak keputusan yang nanti akan sangat berpengaruh pada kehidupan kita, saat kita dewasa. Seolah-olah, keputusan itu bersifat permanen. Sekali kita mengambilnya, itu berlaku untuk selamanya. Kan tidak ada yang menikah kemudian berharap untuk bercerai? Semuanya berharap ingin bisa bersama, selamanya.
Kalau kita tidak berhati-hati. Kita bisa celaka, juga mencelakakan orang lain. Jangan berpikir bahwa keputusan itu hanya akan berdampak pada dirimu sendiri. Tapi juga ke anak-anakmu nanti, juga ke kedua orang tuamu,
Semakin dewasa. Kita semakin realistis. Bahwa mimpi kecil kita dulu untuk menjadi superhero itu tidak mungkin. Kita juga tidak akan memiliki kekuatan super. Sekarang, lihat diri kita. Selami baik-baik. pejamkan mata.
Sudah berapa banyak keputusan yang diambil, kamu tidak menyesalinya kan? Meski jalannya ternyata serumit ini. Konsekuensinya pun membuatmu tak bisa tidur nyenyak, beberapa waktu terakhir. ©kurniawangunadi
Ingin setegar Ibunda Khadijah R.A binti Khuwailid, secerdas Aisyah binti Abu Bakar| Pencari Ridho-Nya dan Pengagum umat terbaikNya Rasullah Muhammad SAW♡ Punya mimpi untuk menjadi orang berguna
242 posts