13:28 - Jeda

13:28 - jeda

Dari sekian bintang cakrawala Apa hanya kita saja yang bernyawa? Lahir, kita semua tak berdaya Lalu hidup kita mesti berupaya Dan dewasa terpaksa memikul raya 

Banyak yang aku tak akan tahu Yang kamu tak akan juga tahu jawabannya Sejenak berhenti bertanya Nikmati saja waktu yang kita punya Nikmati saja waktuku yang kupunya

Mustahil untuk kupahamimu Tak sepenuhnya kau pun memahamiku Tak tahu Mungkin memang nadi kita Mungkin bila semua aku pahami Mungkin rasa ini tak menarik lagi

More Posts from Winarasidi and Others

2 years ago

Summer Strike: Unpopular Opinion Yeo-Reum yang Diam-diam Aku Amini

Tapi kurasa semua orang belum tentu memiliki tujuan hidup. Aku juga tidak punya. Aku hanya bersenang-senang – Lee Yeo Reum (Summer Strike Eps. 5)

Summer Strike: Unpopular Opinion Yeo-Reum Yang Diam-diam Aku Amini

pict: https://pin.it/h4YliKi

Tak perlu punya tujuan hidup, bersenang-senanglah. Aku sejujurnya setuju dengan ini, tapi aku tidak mengamalkan. Aku mungkin punya fleksibilitas dalam melihat opini tersebut. Saat aku mendengar pendapat Yeo-Reum, aku tidak ingin berhenti memahami seperti yang dilakukan Jo Ji-Yeoung yang berakhir pada prasangka dan rasa benci ketika seseorang tidak sesuai dengan nilai dan standar hidupnya. Tentu saja sebagai penonton, aku sudah mengikuti empat episode perjalanan hidup Yeo-Reum untuk ia sampai pada kesimpulan soal hidup ga perlu punya tujuan. Ini yang biasanya hilang dalam komunikasi di lingkungan sosialku. Mengambil kesempatan untuk sejenak diam, netral, dan berempatik. Lantas kemudian berani mengambil sikap bahkan tindakan apapun setelahnya, itu hak semua orang.

Summer Strike: Unpopular Opinion Yeo-Reum Yang Diam-diam Aku Amini

pict: https://pin.it/2RV6RO6

Bagaimana semua orang akan tahu, jika Yeo-Reum telah menghadapi tahun-tahun yang memuakkan dengan selalu menyesuaikan diri dengan standar lingkungan, standar orang lain. Selalu bertoleransi dengan lingkungan kerja yang toxic dengan bos mesum. Gagal dalam hubungan yang telah dijalani enam tahun lamanya. Hingga kematian mendadak ibunya yang juga semakin membuat ia lelah menjalani hidup. Hingga pada satu titik ia memutuskan berhenti berlari mengejar kereta pagi untuk berangkat kerja juga berhenti berlari mengejar kereta sore sepulang kerja. Ia memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Siapa yang akan peduli dengan cerita panjang di belakang opini dia soal hidup senang-senang doang ga perlu tujuan?

Jika seseorang memutuskan untuk hidup dengan cara dia, maka aku akan menghormati itu. Menyadari bahwa ia tengah menjadi seorang manusia kompleks. Jika aku pun memutuskan untuk menjalani hidup seperti yang ingin aku jalani, maka begitulah adanya. Setidaknya saat ini, aku memutuskan untuk memiliki tujuan hidup dan ingin bersenang-senang menjalani prosesnya. Jika suatu hari ini berubah. Maka berubahlah. Tidak apa-apa.

1 year ago

Tentang Menikah

Boleh jadi, menikah adalah keputusan terbesar yang pernah aku ambil, mengingat konsekuensinya mempengaruhi hampir sebagian besar hidupku. Keputusan-keputusan lain seperti memilih tempat kerja, menjadi relawan, mengambil job sampingan, pergi merantau, mereka juga keputusan besar, tapi tidak sebesar menikah.

jujur panas dan serab banget buat ambil foto outdoor :(

Tidak ada pernikahan impian yang aku miliki. Berniat menikah dengan pesta kecil dihadiri keluarga dan sahabat saja tidak bisa dilakukan. Tentu saja karena beberapa pertimbangan, pestanya harus menjadi lebih besar dari keinginanku. Tetap bersyukur; setidaknya aku, suami, keluarga kami bahagia dengan pesta itu. Karena tidak ada wedding dream laiknya muda mudi umum. Proses pernikahan kami termasuk cepat, dan bisa masuk ke kategori sat-set, a.k.a kami berdua mageran untuk ngeribetin diri, fafifu wasweswos, hampir banyak dari vendor yang dipilih tidak lebih dari hitungan menit. Dahlah, manusia punya standar masing-masing, dan standar kami adalah yha begini wkwkwk

Dalam minggu yang sama menjelang pernikahan, aku menghadapi dua momen besar; sidang tesis di hari Senin, menikah di hari Sabtu. Senin malamnya Masgo masuk rumah sakit dan harus di rawat tiga malam ke depannya. Anehnya, aku masih dalam kondisi oke, engga panik, dan santai aja. Maksudku, aku dalam posisi sadar bahwa aku butuh diriku aware bahwa satu-satu harus dilewati. Jika Senin aku harus sadar diri ada tesis yang harus dirampungkan, maka malam-malam berikutnya aku sadar diri ada Masgo yang perlu ditemani untuk segera sembuh. Tiba di haru Sabtu, ya aku sadar diri bahwa hari itu adalah hari pernikahanku. Sudah itu saja. Lelah rasanya jika terus menerus mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi. Oh mungkin ini skill baru yang aku pelajari karena terpaksa harus hidup mendewasa.

bukan flexing akademis :(
nemenin Masgo mam makanan pasien :(

Setelah pernikahan selesai, aku sangat-sangat beruntung dan bersyukur. Melihat keluarga, teman-teman, kolega, bahkan guru-guru yang sangat aku hormati menyempatkan hadir. Aku merasa sangat diberkati dengan doa dan kedatangan mereka. Pun mereka yang tidak sempat datang, doa baik dan tulus yang berdatangan ga ada habisnya aku syukuri. Belum lagi kado-kado pernikahan. Ah terberkatilah orang-orang baik di sekelilingku.

Tentang Menikah

Baikah, anggap saja aku baru membuka salah satu pintu gerbang, menuju perjalanan tanpa batas yang pasti ada batasnya; kematian. Aku memutuskan untuk menikahi dan dinikah Masgo, yang mana penikahan ini hanya akan berakhir ketika salah satu diantara kami mati. Pernikahannya berakhir, perjalannya abadi. Mari berbagi lagi diberbagai kesempatan baik dan buruk, pahit dan manis, kehidupanku ke depan.

3 years ago

Bu Lastri bikin bubur kacang ijo pake daun pandan, wangi banget. Dia anter semanguk bubur kacang ijo ke kamarku. Sedang aku sibuk dengan banyak sekali laporan assessment anak-anak di klinik. Casual aku putar sambil mandang bubur kacang ijo lekat-lekat, lamat-lamat. Ah. Aku masih harus mensyukuri hari ini. Hamdallah bubur kacang ijonya enak banget.

3 years ago
Nay! Makasih Udah Jadi Naya Yang Aku Kenal, Jadi Teman Seneng Dan Susah. Bener-bener Definisi Temen Yang

Nay! Makasih udah jadi Naya yang aku kenal, jadi teman seneng dan susah. Bener-bener definisi temen yang ada pas seneng, dan nemenin pas susah. Sebulan ke belakang aku kehilangan semangat, kebahagiaan, keceriaan. Mereka ilang gitu aja Nay, tiba-tiba aja bisa sedih banget dan nangis di ranjang sampe sesek. Dua minggu tanpa ngerasa lapar, ajaib. Dua minggu susah tidur dan bangun cuman karena muntah-muntah. Iya, itu aku ketika dunia tiba-tiba ga seimbang. Lebay. Tapi emang begitulah adanya. Aku kehilangan banyak hal, termasuk berat badan yang sangat aku inginkan. Lalu Naya hadir, nemenin, meskipun bukan dengan pelukan tapi dengan sumpah serapah dan caci maki hahaha Keliatan jelas kamu pengen bilang kenapa aku nyiksa diri, kenapa aku bodoh banget, tapi kamu ga bilang apa-apa. Nyerahin sepenuhnya sama aku, soal apa yang aku pikirin, soal apa yang aku rasain. Kamu ga nyaranin apapun, kamu cuman nyamperin dan tinggal di samping aku sampe aku ngerasa lebih baik. Pas Naya balik ke Bandung, rasanya berat banget tau!  Terus tiba-tiba banyak paket dateng ke kosan. Kamu ngirim hal-hal yang aku butuhin, dan tau banget kalo aku ga akan peduli sama hal-hal itu. Bisa jadi karena aku terlalu cuek, atau terlalu bokek. Kamu liat aku selalu kuliah daring atau terapi virtual dengan megang hape berjam-jam. Aku tau aku butuh folding bracket, tapi aku selalu lupa buat beli. Maklum sibuk. Aku sering kelaperan tapi mager beli bahkan mager nyemil. Aku baru nyoba pake softlense, dan pasti ga peduli sama penampilan. Lalu kamu kirim semua yang aku butuhin itu. Meskipun kamu ga ngirim kaos Barasuara yang aku pengen. Kureng Nay! Perhatian kecil yang murah tapi berharga banget. Postingan ini kalo dibaca lagi di kemudian hari, kita bakal ngakak dan ngenang ini sebagai masa-masa muda yang menyakitkan sekaligus menyenangkan. Aku mungkin kehilangan banyak hal, tapi satu yang jelas, aku mensyukuri satu hal. Aku punya Naya yang akan selalu jadi temen aku. Yang mulutnya lemes banget tapi hatinya hangat.  Pamulang, 30/11/21

3 years ago
Selepas Pulang Dari Indonesia Mengajar, Aku Mensyukuri Beberapa Hal. Salah Satunya Adalah Mbak Nisa.

Selepas pulang dari Indonesia Mengajar, aku mensyukuri beberapa hal. Salah satunya adalah Mbak Nisa. Dia mungkin seseorang yang perannya kaya bunglon. Kadang-kadang bisa hangat romantis nan manis, di lain waktu bisa judes dingin kaya gunung es. Kami ga selalu berdiri di perahu yang sama. Kadang kami punya banyak sekali perebedaan. Tapi ga jarang kami selalu berada di frekuensi yang sama. Dia sangat logis. Dan berkali-kali nampar posisiku yang terlalu emosional. Dia lugas, galak, dan apa adanya. Tahun lalu, aku menyaksikan kerentanan Mbak Nisa, dia menangis di bahuku dan aku berusaha keras menahan tangisan yang nyangkut di tenggorokan. Diam-diam aku mengagumi karakternya yang kuat, dan mengagumi kerentanannya yang rapuh. Tentu saja aku menyukai fakta bahwa kita pengagum Dewi Lestari. Quote favorit dia yang aku ingat betul:

"betul, ga ada yg bisa ngatasin segala rasa tentang kehilangan, Win"

“Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.” yang dia kutip juga dari Mbak Dewi Lestari

3 years ago

Aku akan menulis untuk diriku sendiri. Semacam terapi untuk menjaga diriku tetap waras. Salah satu kolegaku seorang art therapist menyarankan supaya aku mencoba art journaling untuk jadi semacam personal reflection, membantuku menuangkan dan memetakan setiap emosi yang aku alami. Sejujurnya ini cukup membantu, tapi karena kendala waktu art journaling ini sulit untuk aku lakukan secara konsisiten. Satu-satunya cara ya menulis lagi, di media yang bisa aku ases kapan saja. Kenapa aku menulis lagi? Jujur saat ini karena aku sedang tidak baik-baik saja. Aku butuh meregulasi diri dan mencerna segala hal yang terjadi begitu saja. Selain itu, aku tengah menghadapi ketakutan terbesarku: kehilangan. 

Everyone who has something is afraid of losing it, and people with nothing are worried they'll forever have nothing. Everyone is the same. (Haruki Murakami)

3 years ago

Midnight Diner - Serial Jepang yang Hangat

Apa sih serunya nonton orang Jepang yang jajan ke warung makan tengah malem? Mungkin terdengar sangat biasa. Serial Jepang berjudul Midnight Dinner tidak sengaja aku temukan ketika mencari serial drama yang ringan di Netflix. Setelah membaca review singkatnya, aku langsung nyoba episode pertama di season pertama serial ini, dan ternyata nagih. 

Setiap episode dibuka narasi Master (juru masak) di sebuah warung makan kecil di Tokyo yang hanya buka pukul 12.00 dini hari sampai 07.00 pagi. Tempat makan yang kecil dengan meja bar berbentuk U yang biasa kita temui di restoran-restoran Jepang lengkap dengan gelas sumpit. Warung makan milik Master ini ga punya menu khusus, aturan sang Master adalah dia akan menyajikan makanan yang dipesan pelanggannya selama ia punya bahan-bahannya. Jangan salah, Master punya banyak pelanggan tetap mamupun mereka yang datang dan pergi karena kebetulan saja. 

image

pict source: https://www.mainmain.id/

Bagian yang menurutku menarik adalah, setiap episode yang durasinya sekitar 25 menit ini akan menceritakan satu kisah yang berbeda. Biasanya adalah kisah-kisah pelanggan yang datang ke rumah makan ini. Ceritanya relate dengan kehidupan manusia pada umumnya; kesepian, kesedihan, kehilangan, patah hati, amarah, cinta kasih. Yang menarik setiap cerita akan memiliki relasi dengan makanan tertentu. Misalnya saat Gen seorang yang berpenampilan kasar seperti Yakuza selalu memesan akar gobo kepada Master. Ternyata akar gobo memiliki kenangan yang dalam tentang masa lalunya di SMA. Pengenalan - konflik - hingga resolusi dapat tersampaikan dengan baik dalam 25 menit. 

image

pict source: https://www.mainmain.id/

Setiap episode menjadi kaya akan cerita dan karakter setiap tokoh yang diceritakan. Aku akan menemukan kegelisahan seorang pekerja swasta perusahaan Jepang yang hampir tidak bisa membayar sewa rumahnya, seorang wanita penghibur yang berusaha keras menghadapi stigma karena ia bekerja dari menari malam hari, seorang ayah yang merindukan anaknya, atau tokoh-tokoh lain yang mungkin saja sama seperti mereka yang aku temui di kehidupan ini. Mereka membawa cerita, berkah, dan bebannya masing-masing. 

Master, masakannya, dan warung makan kecil di tengah malam Tokyo menjadi semacam tempat sementara bagi orang-orang yang datang untuk sejenak beristirahat, sambil menikmati makanan rumahan yang mendatangkan banyak kenangan dari masa lalu.

Aku pernah mengingat kenangan hanya gara-gara makan pecel lele, ice cream McD, atau makanan apapun yang bisa membangkitkan cerita dari masa lalu. 

10 months ago

When I Fell in Love with Cycling

I discovered my love for cycling when I met Dargo. At the time, he was just someone I knew, and I never imagined I would end up marrying him. Getting to know Dargo also meant getting to know cycling, a passion he had pursued regularly for several years before we got married. I began watching European cyclists glide beautifully through green mountains and snowy hills. Naturally, I was captivated and wondered if I could ever do something like that.

After we got married, I decided to share a hobby with Dargo and give cycling a try. I chose it for myself, not because my husband pressured me—Dargo has never forced me into anything.

On December 26, 2023, I bought a Twitter Cyclon Pro Disc R7000-22S bike in black and red. After discussing it with my husband, we decided this would be my first bike. The main factor was its affordability at the time, combined with its full carbon frame and Shimano 105 groupset. Despite one drawback—the bike was still a bit too large for me—it was the best option for us.

When I Fell In Love With Cycling

In early January 2024, I began my journey as an amateur cyclist. I started getting used to my new bike, beginning with my first 50 kilometers, then 70 kilometers, and eventually my first 100 kilometers. I still vividly remember my first 100 kilometers; I took the route from South Tangerang to Bogor, riding back and forth from home. Anjay rada gelo!

Eight months after buying my road bike, I decided to participate in a race in July 2024. I joined the Tour de Ambarukkmo in Yogyakarta in the regular category, covering 128 kilometers. Of course, with various adjustments to make the bike fit my body. It was an exhilarating experience, especially since I typically only cycled once a week on weekends. But I prepared as best as I could, training enough and learning to understand my body. In the end, I completed the Tour de Ambarukkmo. Though it was exhausting, I was filled with pride—a feeling of abundance.

When I Fell In Love With Cycling
When I Fell In Love With Cycling

Cycling, like running, is more than just a sport for me. These activities are my way of connecting with my body and the world around me. When I cycle or run, I focus on feeling my body, muscles, breath, and heartbeat. I learn to recognize pain and fatigue. I become fully aware of my body, knowing when to stop and when I can keep going. When cycling, I often clear my mind. I never listen to music while riding; instead, I prefer to hear the rhythm of my breath, the sounds around me, and the wind rushing against my body as I descend hills or climb slopes.

When I Fell In Love With Cycling
When I Fell In Love With Cycling

I can’t recall exactly when I fell in love with cycling, but I’ve come to realize that it has become one of my most meaningful routines. When I miss a ride, something feels off and different. Perhaps, at this point, cycling has become an essential part of who I am.

Tangerang, 23 Agustus 2024


Tags
3 years ago

B: Aku jauh-jauh ke sini mau bilang sesuatu.

A: Apa?

B: Aku pulang.

1 year ago

Jika suatu hari datang yang berbeda: Kami Sepakat untuk Tidak Sepakat

Ga lama lagi aku akan menikahi dan dinikahi seorang laki-laki yang datangnya entah bagaimana tanpa banyak drama. Hidupku sudah lebih dari cukup soal drama romantis amburadul yang dijalani bertahun-tahun lamanya. Maka cerita yang mengalir biasa saja jadi terasa lebih cocok untuku saat ini. Tulisan ini tentu saja untuk Masgo yang entah kenapa aku merasa sangat bersyukur memilih dia. Penuh.

Jika Suatu Hari Datang Yang Berbeda: Kami Sepakat Untuk Tidak Sepakat
Jika Suatu Hari Datang Yang Berbeda: Kami Sepakat Untuk Tidak Sepakat

Ada banyak hal yang kami diskusikan sebelum akhirnya memutuskan untuk saling menikahi. Ada banyak hal yang kami sepakati soal hidup, masa lalu, masa kini, dan masa depan. Yang tentu saja tidak mudah adalah menghadapi ketidaksepakatan. Niscaya itu akan terus terjadi selama kami hidup saling menemani ke depan. Maka tidak apa jika kita tidak sepakat pada satu dan dua. Karena apapun bentuknya, kami akan saling menghormati satu sama lain. Tentu ketidaksepakatan ini memiliki batasan yang jelas, kalaupun belum jelas, maka selalu ada ruang diskusi yang pasti terbuka untuk kami berdua berkompromi.

Jika Suatu Hari Datang Yang Berbeda: Kami Sepakat Untuk Tidak Sepakat
Jika Suatu Hari Datang Yang Berbeda: Kami Sepakat Untuk Tidak Sepakat

Masgo, karena bahasa kasihku berbeda denganmu, makasih ya untuk setiap potongan daging yang lebih besar, lebih banyak, yang selalu kamu letakan di piringku setiap kali kita makan. Untuk setiap kesempatan kamu membawakan tasku, mau yang besar pun yang kecil tanpa harus bertanya. Untuk kerelaan hati melewati Pamulang yang macetnya bikin sakit ubun-ubun, dan pemotornya begitu percaya diri keluar gang tanpa tengok kiri kanan. Makasih karena selalu ga percaya aku yang baca maps kalo pergi, karena baca maps adalah tugas mengerikan untukku. Makasih untuk setiap playlist yang sengaja kamu susun. Karena selalu bertanya pendapatku soal apapun, aku tau semua itu adalah bentukmu menghormati dan menghargaiku sebagai individu, sebagai pasangan. Karena selalu punya sisi tegas untuk megambil sikap, aku belajar darimu. Untuk setiap aku yang tidak mau jadi kuat untuk buka botol minum, lalu kamu bersungut-sungut soat feminisme, aku juga akan terus tertawa dan berterima kasih untuk itu. Ada hutang bacaan yang belum aku tuntaskan sampai hari ini, sengaja aku pending, supaya bisa aku baca nanti ketika kamu benar-benar disampingku. ANJAY. INI BOONG HAHAHA yang benernya aku ga sempet baca aja 3 buku rekomendasimu hehe.

Maka menikahimu, hanya tinggal sebentar lagi


Tags

43 posts

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags